Kota Bandung memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu destinasi unggulan di sektor wisata medis di Indonesia. Terlepas dari pesatnya perkembangan fasilitas kesehatan di dalam negeri, masih banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri, baik karena persepsi kualitas maupun daya tarik internasional.

Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan berupaya untuk mendorong masyarakat agar lebih percaya pada layanan kesehatan dalam negeri, serta mengembangkan potensi wisata medis sebagai bagian dari wisata kesehatan.

Sebagai kota dengan jumlah penduduk 2,57 juta jiwa, Bandung memiliki infrastruktur kesehatan yang memadai. Saat ini, terdapat 42 rumah sakit dengan berbagai kelas. Fasilitas-fasilitas ini diperkuat dengan total 6.057 tempat tidur yang tersedia, dengan rasio 2,34 tempat tidur per 1.000 penduduk.

Dari seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit di Bandung, 60% merupakan penduduk lokal, sedangkan 40% sisanya berasal dari luar kota. Hal ini menunjukkan daya tarik Bandung sebagai pusat layanan kesehatan yang tidak hanya melayani masyarakat lokal, tetapi juga pasien dari daerah lain.

Regulasi yang jelas menjadi landasan yang kuat dalam pengembangan sektor ini. Peraturan Menteri Kesehatan No. 76/2015 tentang Pelayanan Wisata Medis merupakan dasar hukum yang mendukung langkah pengembangan wisata medis.

Tujuan utama dari pengembangan wisata medis di Bandung adalah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dalam negeri sekaligus menarik devisa negara melalui peningkatan jumlah wisatawan medis. Dengan infrastruktur kesehatan yang memadai, dukungan regulasi, dan atraksi wisata yang melimpah, Bandung memiliki potensi besar untuk menjadi pusat wisata medis yang menjanjikan. Kolaborasi yang erat antara sektor kesehatan dan pariwisata di kota ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.